Seorang pencuri tidak ingin dirinya dan anaknya menjadi seorang pencuri. Menjadi shalih dahulu sebelum menginginkan keturunan yang shaleh, karena uswah ini luar biasa, mencontohkan kebaikan dan ketaatan dengan perilaku bukan dengan perkataan (teriakan). Dengan pembiasaan in syaa Allah akan terbiasa.
Rahasia kegagalan para dokter, para pendidik, para pemerhati anak-anak yang menginginkan anak-anak, anak remaja anti rokok. Rokok sangat laris, orangtua yang merokok tetapi meminta anaknya untuk tidak merokok. Anak akan menginguti perilaku dan kebiasaan orangtuanya. Ketika Nabi agak kesal karena para sahabat disuruh menyembelih hewan qurbannya (tahalul) tetapi diam saja, mungkin karena para sahabat masih kebingungan, karena thawaf dan sa’i belum dikerjakan. Sunnahnya ketika kita terhalang, tidak dapat melanjutkan haji/umrah, maka hendaklah bertahalul dan dianggap hajinya selesai. Waktu itu Nabi terhalang dan tidak sampai ke Makkah, maka Nabi meminta para sahabat untuk memotong hewan qurbannya untuk bertahalul.
Seorang guru melakukan hal sesuai sunnah Nabi, In syaa Allah anak-anak didik akan mengikutinya. Yang mendatangi memberi salam kepada yang didatangi, yang menelepon memberi salam duluan kepada yang ditelpon. Tidak ada kaidah bahwa murid dulu yang harus mmeberi salam kepada gurunya yang baru datang. Kecuali jika berpapasan maka sunnahnya yang terbaik yang memberikan salam terlebih dahulu.
Anak-anak itu luar biasa, sudah dijaga di rumah dari perkataan-perkataan yang kotor, ketika main di luar bergaul dengan teman-temannya, dan mengikuti bahasa mereka.
Yang pertama kali akan ditanya tentang anak-anak oleh Allah adalah orangtua (bukan guru), karena guru sesuai dengan tugas guru di sekolah. Berkurban untuk anak dalah hal yang biasa dan lumrah, ada yang dibela-belain untuk pindah kerja agar jarak rumah dengan sekolah anaknya dekat, dan lain sebagainya.
Imam Ahmad ketika kecil, badannya dibalut dengan kain agar tidak kedinginan, karena anaknya akan ke masjid dan mengikuti halaqah di sana di waktu subuh.
Anak-anak adalah hasil usaha orangtuanya, sangat disayangkan jika orangtua lebih perhatian dengan mobilnya, pekerjaannya, tetapi membiarkan anaknya tidak shalat ke masjid. Yang luar biasa adalah anak, karena amal jariyah yang mengalir pahalanya adalah anak yang shalih. Sifat anak itu sama, Anak sekarang beda teknologinya, beda mainannya, beda kendaraannya. Tetapi fitrahnya sama. Makanya mengambil cara Nabi, anak-anak diajak belajar dengan santai,. Seandainya boleh tidak ada nilai, maka tidak usah ada nilai, karena nilai membuat anak-anak tidak santai, menjadi deg-degan, grogi, bahkan sampai stress. Dan bahkan ada yang melakukan cara syirik hanya demi nilai. Sesekali guru mengetes murid, tetapi tidak ada nilai yang formal, hanya sekedar formalitas. Bahkan di beberapa lembaga nilai bisa dibeli dan semisalnya.
Jangan terlalu menuntut nilai kepada anak, apa artinya nilai, akan lebih baik jika anak-anak dites oleh orangtuanya perihal akhlak dan semisalnya, jangan mau ditipu oleh teori Pendidikan orang-ornag kafir, yang tidak jarang dari teori mereka bertentangan dengan Sabda Nabi. Contoh: menurut teori “Apap[un alasannya, ornagtua tidak boleh mnyakiti fisik anak” ini bertentangn dengan ucapan Nabi واضربو pukul mereka jika sudah berussia 10 tahun”. Nabi tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsu, keinganan pribadi. Mafhum mukholafah dari sabda Nabi “haram memukul anak, jika di bawah 10 tahun”. Tidak ada dosa yang sepadan dengan meninggalkan shalat.
Suami memukul istri saat istri tidak taat kepada suami atau berbuat maksiat (tidak menutup aurat, dll) diawali dnegan nasihat, jika tidak bisa maka boleh dipukul, dengan syarat hindari bagian kepala. Kita megikuti cara Nabi, ajarkan anak shalat, tetapi tidak dengan paksaan (jika anak belum berusia 10 tahun).
Seandainya kaum muslimin melakukan satu sunnah Nabi, maka penyakit-penyakit akan hilang,
Para pemimpin tidak paham sunnah-sunnah Nabi dan para sahabat. Sehingga uang negara tidak dialokasikan dnegan baik, masih banyak rakyat yang miskin.
Jangan membebani anak diluar kemampuan, kemampuan masing-masing anak berbeda, maka jangan memaksa mereka. Tidak perlu terlalu pusing dengan nilai.
Di dalam agama, para sahabat yang dijamin syurga, tetapi mereka tidak menguasai dan menonjol dalam segala hal. Dalam ilmu faraid ( Zaid bin ) yang paling bisa, sahabat yang paling amanah beda lagi. Ada anak yang matematika tidak bisa, hafalannya sedikit, bahasa Arabnya biasa-biasa saja, tetapi ilmu sejarahnya bagus. Jangan jadikan anak-anak kebanggaan dalam hal nilai dan kemampuan. ‘Ooh anak saja pintar ini, anak saya diterima di sekolah ini, anak saya hafalannya sudah sekian juz, dll’.
Imam Nawawi seorang ulama yang ikhlash dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya. Pelajaran tentang niat jangan diremehkan, terus kita belajar, agar keikhlasan bisa terus ada dalam diri kita. Ketika guru yang mengabarkan kepada anak-anaknya bahwa besok hari libur, dan anak-anak tersebut bersedih, maka guru ini berhak mendapat gelar propesor dan berhak mendapat penghargaan. Jadikan anak-anak sedih jika libur sekolah. Orangtua bisa mempraktikkan bagaimana anak-anak senang dalam belajar, tidak stress dan tertekan.\