Apa yang berbeda dan apa yang istimewa di usia 7 tahun? Kita berbicara di usia anak 7 tahun, kaena ini tidak lepas dari isyarat Rasullullah ketika Nabi memberikan perintah untuk shalat.
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ،
”Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)!”
Disini Nabi menyebutkan ada usia secara spesifik yaitu usia 7 dan 10 tahun.
Ada sebuah kutipan yang disandarkan kepada Imam As Syafi’i/Sayyidina Ali, yang terkenal ( yang digunakan oleh Dr. Ahmad Nashir At Thayar, yang mmepunya buku Kaifa turobbi abna’aka) yaitu “ Bermainlah Bersama anakmu di 7 tahun pertama, didiklah dan disiplinkanlah di 7 tahun kedua, dan bersahabatlah di 7 tahun ketiga”. 7-7-7 ( 7-14-21).
Dalam hadits tentang perintah anak shalat, ini menunjukkan perintah Nabi kepada orangtua yang ditujukan untuk anak, asalanya perintah untuk anak melalui washitoh (perantara) orang tua. Nabi tidak memerintahkan langsung kepada anak, dan ini menunjukkan belum wajibnya seorang anak mengerjakan (di usia 7 tahun). Tetapi yang wajib adalah bagi orangtua untuk memerintahkan anaknya untuk shalat, untuk melatih anak agar terbiasa untuk shalat dan membangun pondasi (Pendidikan hati) yaitu ma’rifatullah dan mahabbatullah. Karena usia yang paling siap adalah di usia 7 tahun, karen ausia di bawah 7 tahun adalah usia thufulah (anak-anak). Karena anak yang di bawah 7 tahun banyak bergerak dan sulit diam, konsentrasinya masih singkat dan pendek. Karena shalat berkaitan dengan fokus, konsetrasi, tuma’ninah, khusyu’.
من عرف الله أحبه ومن أحب الله أطاعه Siapa yang mengenal Allah maka ia mencintai-Nya, siapa yang mencintai Allah, maka ia mentaati-Nya. Kecintaan inilah yang menjadi penggerak seorang hamba untuk mentaai Allah. Mendidik anak agar memiliki hati yang mencintai Allah, mencintai shalat. Anak-anak jika tidak shalat di usia 7 tahun, maka dia belumlah berdosa. Jika anak belum mau untuk shalat, maka bangunlah pondasi agar anak menyukai shalat.
Menurut Imam Ibnul Hajah, perintah itu ada 2 macam: Perintah yang datang biwashatin (melalui perantara) dan perintah yang datang bighairi washatin (langsung), perintah ini harus dikerjakan dan Mutlaq.
Al Quran ketika berbicara tentang tahapan-tahapan tentang perkembangan, Seperti pada surat An Nahl: 78
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Instrumen belajar manusia itu selalu berurutan, dimulai dari pendengaran, penglihatan kemudian pemahaman. Menurut tafsir Ibnu Katsir, Allah memberikan pendengaran untuk memahami suara (tidak hanya untuk mendengar) . Allah memberikan penglihatan agar kita bisa membedakan sesuatu. ﲽ Allah memberikan kita akal, untuk memilah-milah antara madhorot dan manfaat.
Pada fase 7-10 tahun, mereka sudah memiliki kemampuan untuk mengurutkan sesuatu, dan bisa mengklasifikasikan benda menurut sifatnya, dan bisa mengidentifikasi, mereka juga memiliki kemampuan desentring yaitu bisa melihat dan memahami suatu permasalahan dan mampu menyelesaikan permasalahan itu (problem solving), mereka juga memiliki kemampuan dalam memahami benda-benda yang dapat berubah dari sifat asalnya serta kemampuan logic mathematichnya sudah mulai berkembang. Serta mereka cenderung sudah hilang sifat egonya.
Usia mumayyiz (tamyiz) sudah memiliki beberapa sifat:
- Sudah lebih mampu memahami instruksi
- Seharusnya sudah lebih tenang (tidak banyak bergerak) dan mampu berkonsentrasi
- Sudah lebih mandiri dan otonom (sudah tuntas bisa cara istinja’)
- Sudah lebih mampu memprediksi dampak akibat dari perbuatannya
- Sudah mampu melakukan mengkomplikasian
- Sudah mampu mengidentifikasikan dan mendeskripsikan suatu pristiwa
- Sudah tidak lagi egosentris (sudah bisa diajarkan empati)
Anak mumayyiz adalah anak yang sudah mampu memahami seuatu dan bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil (menurut Jumhurul Ulama)
Usia tamyiz tidak selalu di usia 7 tahun (tetapi umumhnya terjadi di usia ini), tetapi terkadang di usia 5 tahun (seperti sahabat Rasul : Mahmud bin Rubayi) tetapi ada juga yang lebih dari 8 tahun dan dia belum mumayyiz.
FASE USIA 10 TAHUN KE ATAS
Fase yang mana mereka sudah bisa lebih baik dalam memahami sesuatu yang konkrit, bisa mengambil kesimpulan-kesimpulan dari peristiwa yang mereka saksikan. Usia ini sudah krusial, kita sudah membangun khaufnya kepada Allah.
TANYA JAWAB
Bagimana sikap kita sebagai orangua dalam menghadapi anak dalam usia 7 tahun yang sekarang suka membantah kepada orangtuanya, padahal sebelumnya ia adalah seorang anak yang menurut?
JAWAB
Fase perkembangan thufulah (di bawah 7 tahun) diantara karakteristiknya mempunyai sifat ngeyel, tetapi bukan bertanda mereka durhaka, tetapi ini alami, mereka belajar mengenali dirinya, lingkungannya, tugas kita orangtua adalah bersabar dan mengarahkan mereka, orangtua yang bijak adalah orangtua yang mau mendengarkan anaknya, memvalidasi anaknya, tidak mudah menghukum anaknya. Karena ini bentuk pengakuan dan pengharagaan kepada anaknya, memberi peluang kepada anaknya untuk memilih sesuatu dan memberi keputusan, selama tidak melanggar syari’at dan norma, dan terpenting tidak adanya miss dalam Pendidikan di fase sebelumnya.
Kita melihat bantahan tersebut bersifat prinsipil atau tidak, waktunya apakah sering atau jarang, disini kita melihat pada jenis kelakuan anak tersebut.
Bagaimana dengan Pendidikan di rumah bertambrakan dengan Pendidikan neneknya?
JAWAB
Dalam Pendidikan adanya adaptasi, kita sebagai orangtua bisa membangun asimilasi dengan membangun kebaikan-kebaikan di dalam rumah. Kita perlu membangun imunitas dan riliensi (ketangguhan) ketika mereka berada di lingkungan luar rumah.
Jika adanya perbedaan cara Pendidikan pada neneknya, maka sampaikan kepada orangtua kita dengan baik untuk diberi pengertian dalam pendidikan anaknya oleh orangtuanya, karena anak adalah tanggungjawab kita, dan kita yang memiliki wewenang dalam mendidiknya, kita juga perlu menguatkan anak kita atas Pendidikan kita, baik dalam perkara kedisiplinan atau hal lainnya, menyampaikan dengan tegas bahwa anak harus lebih mentaati orangtuanya dari pada orang lain.