Fawaid Tauhid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: قَالَ اللهُ تبارك و تَعَالَى: “يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فيك وَلا أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آَدَمَ لَو بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ و لا أبالي، يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لقِيْتَنِيْ لاَتُشْرِكُ بِيْ شَيْئَاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغفِرَةً” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحَيْحٌ.

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah berfirman: ”Wahai Bani Adam, sesungguhnya jika engkau senantiasa berdoa dan berharap kepada–Ku niscaya Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam kalau seandainya dosamu setinggi langit, kemudian engkau memohon ampun kepada– Ku, niscaya aku akan memberikan ampunan kepadamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam seandainya engkau menghadap kepada–Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau berjumpa dengan–Ku dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At Tirmidzi, dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)”.

  1. Beberapa faidah mengenai tauhid yang dapat diambil dari hadits di atas (Zaid Musfir Al-Bahri, Fawaid ‘ala Kitab At-Tauhid, h. 52) di antaranya:
    Buah dari tauhid yang murni dan tidak disentuh oleh kesyirikin dalam bentuk apapun akan mendapatkan ampunan Allah, sebesar apapun dosa yang dilakukan oleh hamba tersebut.
  2. Hadits di atas menetapkan pembicaraan bagi Allah, sesuai dengan sifat yang layak bagi Allah.
  3. Dalam konsep memahami suatu dalil ada kaidah yang perlu dipahami yaitu “sunnah/hadits menjelaskan sunnah/hadits lainnya. Sebagaimana hadits di atas berbicara secara mutlak, bukan berarti setiap yang mengatakan “la ilaha illah alloh” dihapuskan dosa-dosanya. Namun kemutlakan hadits di atas dirinci oleh nash-nash lainnya yang menunjukkan wajibnya beribadah kepada Allah setelah mengucapkan kalimat tauhid.
  4. Hadist di atas menjelaskan akan adanya pertemuan dengan Allah azza wa jalla, dan sebuah pertemuan melazimkan penglihatan. Artinya menurut syaikhul Islam Ibnu Taimiyah-orang beriman akan bertemu dengan Allah plus sekaligus dapat melihat-Nya. Dalam pandangan Ahlussunnah Wal Jama’ah pertemuan dengan Allah ada dua macam:
    Pertama: pertemua secara khusus seperti yang Digambar di atas. Pertemuan ini khusus untuk orang-orang yang beriman dan bertauhid kepada Allah.
    Allah berfirman:

    فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

    “…Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. (QS. Al-Kahf: 110).
    Kedua. Pertemuan secara umum. Pertemuan ini diperuntukkan untuk semua umat manusia, baik yang beriman maupun yang kafir.
    Allah berfirman:

    يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ

    “Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya”. (Q.S. Al-Insyiqaq: 6).

  5. Hadits di atas menetapkan sifat ‘uluw (Maha Tinggi) bagi Allah, dan sebagai bantahan kepada kelompok Mu’tazilah, Syiah, Khawarij dan Asya’irah yang mengingkari sifat ‘uluw bagi Allah.
  6. Hadits di atas menetapkan adanya sifat maghfirah (Maha Pengampun) bagi Allah.
  7. Hadits di atas menunjukkan bahwa sebesar apapun dosa seorang hamba, pada hakikatnya ia berada di bahwa kehendak Allah, artinya bisa saja diampuni oleh Allah dengan segala kehendak-Nya, kecuali dosa syirik. Karena dosa syirik adalah dosa yang kekal dan tidak akan diampuni oleh Allah.

 

Semoga Bermanfaat.

Newsletter

Get latest news & update