Tidak boleh mengkafirkan pelaku dosa besar, selama ia tidak menghalalkan dosa besar yang ia lakukan itu. Pelaku dosa besar karena kebodohannya atau hawa nafsunya berada di bawah kekuasaan Allah.
Kematian merupakan sesuatu yang pasti dialami oleh setiap makhluk. Kematian menunjukkan bahwa tiada yang kekal di alam raya ini. Keabadian hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu Allah telah menetapkan ajal setiap makhluk. Tidak ada yang tau kapan ia akan bertemu dengan ajalnya. Namun Allah telah memberikan ayat-ayatnya sebagai bukti bahwa kematian itu hanya menunggu giliran.
Menjadi orang berilmu itu sulit, makanya Allah memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Sebaliknya menjadi orang jahil itu gampang, makanya Allah mencela orang-orang jahil. Sebaik-baik alim adalah yang paling takut kepada Allah, dan seburuk-buruk manusia adalah orang paling jahil terhadap agama Allah.
Imam Abu Al-Izz Al-Hanafī-ulama besar mazhab Hanafiyah- dalam kitabnya syarh al-aqīdah at-tahāwiyah (1/178) menjelaskan bahwa di antara manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa seorang ahli kiblat (berstatus muslim), tidak bisa dipastikan apakah ia ahli surga atau ahli neraka, kecuali orang yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa dirinya adalah penduduk neraka atau penduduk surga, seperti sahabat yang sudah dijamin masuk surga, di antaranya; 10 sahabat yang dijamin masuk surga, ahli Badar, atau sahabat-sahabat lainnya. Atau orang yang sudah dicap masuk neraka seperti Abu Lahab dan istri (tercantum dalam surah Al-Lahab).
Dalam sejarah manusia orang yang pertama memprotes dan mengkritik manusia yang mulia-Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-adalah pendiri pemikiran Khawārij yaitu Dzul Khuishirah.