Kematian merupakan sesuatu yang pasti dialami oleh setiap makhluk. Kematian menunjukkan bahwa tiada yang kekal di alam raya ini. Keabadian hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu Allah telah menetapkan ajal setiap makhluk. Tidak ada yang tau kapan ia akan bertemu dengan ajalnya. Namun Allah telah memberikan ayat-ayatnya sebagai bukti bahwa kematian itu hanya menunggu giliran.
Sebagai seorang mukmin, pasti menyadari bahwa setiap kematian yang dialami oleh manusia baik orang yang beriman maupun orang kafir adalah peringatan keras bagi dirinya, agar tidak terlena dengan halusinasi kehidupan fana ini. Kehidupan dunia ini walaupun penuh cobaan pasti akan berakhir juga, walaupun panjang dan melelahkan pasti akan terputus juga.
Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖۖ وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهٖ شَيْـًٔاۗ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah”. (QS. Luqman: 33).
Di Saat Kita Akan Memikul Beban Pertanggungjawaban Ke Hadapan Allah
Pada akhirnya kita akan bertemu juga dengan Allah, dengan segala beban pertanggungjawaban yang dipikul menghadap Allah. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dosa akan dibalas dengan dosa yang setimpal.
Allah berfirman:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ
“Bertakwalah kalian kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kalian akan bertemu dengan-Nya”. (Q.S. Al-Baqarah: 223)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-bersabda:
عن أبي هريرة قال: قال رسولُ الله ﷺ: أكثروا ذكر هادم اللَّذات: الموت
“Dari Abu Hurairah ia berkata: Telah bersabda Rasulullah: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan; kematian (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
Syaikh Bin Baz-rahimahullah dalam Majmu’ Al-Fatawa (6/398) mengatakan sering lupa dan bahkan lalai akan kematian merupakan sebab su’ al-khatimah (kamatian yang buruk). Wal iyadzu billah.
Maka tak salah Rasulullah menyuruh umat ini untuk banyak mengingat kematian. Oleh karena itulah Rasulullah dalam setiap kesempatan memberikan nasihat dan peringatan kepada sahabat tentang kehidupan setelah kematian, tentang surga dan penghuninya, dan neraka dan penghuninya.
Nasihat Singkat Di Atas Kuburan
Al-Imam An-Nawawi dalam kitab riyadhus shalihin secara khusus membuat satu judul dengan “bab al-mau’idzah ‘inda al-qabri” yang artinya “bab tentang nasehat di atas kubur”. Judul ini berangkat dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang derajatnya Muttafaqun ‘Alaih dari sahabat Ali bin Abi Thalib-radiallahu ‘anhu:
عن علي -رضي الله عنه- قال: كُنَّا في جَنَازة في بَقِيعِ الغَرْقَدِ، فَأتَانَا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فَقَعَدَ، وَقَعَدْنَا حَوْلَه ومعه مِخْصَرَةٌ فَنَكَّسَ وجعل يَنْكُتُ بِمِخْصَرَتِهِ، ثم قال: «ما مِنْكُمْ من أحَدٍ إلا وقد كُتِبَ مَقْعَدُه من النَّار ومَقْعَدُه من الجنَّة» فقالوا: يا رسول الله، أفلا نَتَّكِلُ على كِتَابِنَا؟ فقال: «اعملوا؛ فَكلٌّ مُيَسَّرٌ لما خُلِقَ له...» وذكر تمام الحديث.
“Dari Ali Radiallahu ‘anhu-berkata: “Kami berada di Baqi’ Garqad untuk mengurusi jenazah, lalu Rasulullah datang menghampiri kami, kemudian Ia duduk, dan kami pun duduk disamping Beliau, sedang Beliau memiliki tongkat, lalu kemudian Ia menancapkan tongkatnya dan menyandarkannya kepada tongkat tersebut. Kemudian Beliau bersabda: “Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali sudah ditulis tempatnya di neraka, dan tempatnya di surga”. Sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, bolehkah kita bersandar pada catatan kami?” Rasulullah menjawab: “Beribadahlah kalian, karena sesungguhnya semua dimudahkan sesuai apa yang diciptakan untuknya….”.
Tujuan Memberi Nasehat Di Atas Kuburan
Dalam kesempatan ini Ali-radiallahu ‘anhu-bercerita tentang nasehat yang disampaikan oleh Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya. Tujuan nasehat itu ialah untuk memperingatkan manusia agar hati mereka makin lembut, mudah menerima kebaikan, atau memperingatkan keburukan, agar hati mereka makin taku kepada Allah. Inilah maksud daripada ayat Al-Qur’an surah Yunus: 57:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. (Q.S. Yunus: 57).
Tentu bagi orang yang memiliki hati yang bersih, akal yang sehat, ia akan menyaksikan bahwa Al-Qur’an adalah penasehat yang paling agung yang dapat dibaca. Sedangkan kematian adalah penasehat yang paling agung yang dapat dilihat.
Agar manusia tidak lupa dengan kehidupan setelah kehidupan dunia ini, maka seseorang yang memiliki ilmu ketika datang ke tempat penguburan janazah dianjurkan baginya untuk memberikan nasehat kepada orang yang ada disekitar kuburan itu.
Tata Cara Memberi Nasehat Di Atas Kuburan Sesuai Sunnah
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin-rahimahullah-dalam Syarah Riyadhu Shalihin (4/560) mengatakan, sangat baik memberikan sedikit nasehat kepada orang-orang yang hendak menguburkan jenazah. Dalilnya adalah hadits di atas dan hadits lain dari jalur sahabat Abdurrahman bin Samurah-radiallahu anhu sebagaimana diriwayatkan oleh An-Nasai (1833) “ketika Rasulullah melewati jenazah seseorang dari kalangan Anshar, dan mendapati mereka sedang menggali kuburnya, dan belum selesai menggali kubur itu, lalu Nabi duduk dan para sahabat yang berada di situ pun duduk di dekat Rasulullah. Lalu mereka mendengar nasihat-nasihat Nabi dengan khusu’, sakingnya khusu’nya seolah-olah ada burung yang hinggap di kepala mereka”. Ini menunjukkan akan keadungan Rasulullah, karismtaik yang memancar dalam setiap nasihatnya. Di saat itu Rasulullah mengingatkan sahabat bahwa ketika kematian itu tiba, datanglah kepadanya Malaikat azab dan Malaikat rahmat.
Kemudian lanjut Syaikh Utsaimin-berdasarkan petunjuk dari Rasulullah di atas, maka seorang alim mengajak orang-orang di sekitar kuburan jenazah untuk duduk sambil memberikan beberapa nasehat seputar kematian. Namun apa yang dilakukan oleh sebagian orang, dengan berdiri di hadapan manusia, lalu berbicara dengan suara yang keras dan lantang seperti khutbah, maka ini tidaklah sesuai dengan petunjuk Rasulullah, tetapi sunnahnya adalah seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah.
Memberikan nasehat di samping kubur tidaklah mutlak dilakukan sebagaimana nasihat pada umumnya, tetapi cara pelaksanaannya harus diukur dengan tata cara yang dilakukan oleh Rasulullah. Hal ini bertujuan agar kuburan tidak dijadikan sebagai tempat untuk berkhutbah seperti layaknya khutbah Jum’at. Tetapi nasehat di saat hendak penguburan jenazah dilakukan dengan cara yang lembut, pelan-pelan, dan menampakkan rasa kesedihan. Maka berdasarkan zahir hadits di atas, dan penjelasan syaikh Utsaimin tata cara nasehat di atas kuburan adalah:
Pertama. Seorang alim atau Ustadz yang hendak memberikan nasehat duduk di samping kuburan.
Kedua. Jamaah yang ingin mendengarkan nasehat tersebut ikut duduk mengikuti Ustadz.
Ketiga. Tidak dimulai dengan salam dan muqaddimah.
Keempat. Nasehatnya hanya seputar kematian, atau tentang akhirat.
Semoga bermanfaat.