Menjadi seorang guru atau pengajar agama Allah adalah suatu pilihan yang sangat mulia. Allah tidak menjadikan pewaris para Nabi dan Rasul dari kalangan pengusaha, penguasa, ahli ekonomi, ahli politik. Akan tetapi Allah menjadikan pewaris para Nabi dan Rasul dari kalangan ulama, atau penyampai ilmu agama Allah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani).
Kenapa para pengajar agama Allah layak mewerisi para Nabi dan Rasul?
Ternyata para guru adalah orang yang paling ikhlas dalam membimbing semua umat, mereka sabar, tabah terhadap murid-murid atau umat, sebagaimana para Nabi dan Rasul sabar dalam membimbing dan mendakwahi manusia.
Ibnu Al-Qayyim dalam kitab ‘Fadhl al-Ilm wa Al-Ulama’ (hal. 63) mengatakan:
أن أفضل منازل الخلق عند الله منزلة الرسالة والنبوة،،وجعل أشرف مراتب الناس بعدهم مرتبة خلافتهم ونيابتهم في أممهم، فإنهم يخلفونهم على منهاجهم وطريقهم من نصيحتهم للأمة، وإرشادهم الضال، وتعليمهم الجاهل، ونصرهم المظلوم نصرهم على يد الظالم، وأمرهم بالمعروف وفعله، ونهيهم عن المنكر وتركه والدعوة إلى الله بالحكمة للمستجيبين والموعظة الحسنة للمعرضين والغافلين
Sesungguhnya kedudukan yang paling baik di sisi Allah adalah kedudukan rasul dan nabi dan Allah menjadikan semulia-mulia level manusia setelah para Nabi dan Rasul, adalah levelnya khilafah dan yang menggantikan mereka dalam urusan umat.
Karena sesungguhnya para ulama menggantikan para nabi dan rasul di atas manhaj dan jalan mereka; dalam menasehati umat, membimbing orang yang tersesat, mendidik orang yang bodoh, menolong orang yang terdzalimi dan membebaskannya dari tangan orang dzalim, menyuruh kebaikan lalu menjalankannya, melarang kemungkaran dan menjauhinya, berdakwah untuk agama Allah dengan hikmah bagi yang mau mengikutinya, dan nasehat yang baik bagi yang masih menentang dan berpaling”.
Oleh karena itu adalah para ulama salaf bangga dengan posisi mereka sebagai guru dan penyampai agama Allah.
Dan mereka menyadari betul bahwa inilah posisi yang paling mulia dan bermanfaat untuk umat.
Imam besar Abdullah bin Al-Mubarak berkata dalam “Tahdzib al-Kamal” (16/20):
لا أعلم بعد النبوة درجة أفضل من بث العلم
Saya tidak tau derajat yang paling baik setelah kenabian daripada menyebarkan ilmu”.
Ungkapan bagus yang tidak kalah penting diucapkan oleh imam Ibnu Al-Jauzi dalam “At-Tadzkirah” (hal. 55):
من أحب أن ﻻ ينقطع عمله بعد موته فلينشر العلم
Siapa yang ingin amalannya tidak terputus setelah kematiannya, maka hendaklah ia menyebarkan ilmu”.
Maka kita akan menemukan dalam sejarah perjalanan manusia, bahwa orang yang paling banyak menemukan tantangan dan rintangan serta celaan manusia adalah para Nabi dan Rasul.
Sebagaimana pula orang yang paling sering mendapatkan rintangan dan cacian manusia setelah para nabi dan rasul adalah para ulama, guru agama, pendakwah.
Oleh sebab itu, kata imam Ibnu Al-Qayyim dalam ‘Fadhl al-Ilm wa Al-Ulama’ (hal. 72d) selayaknya para ahli ilmu mendidik umat ini, seperti seorang ayah mendidik anaknya, mulai dari mengajarkan hal-hal kecil sampai perkara besar, sebagaimana seorang ayah dengan sabarnya menyuapkan makanan ke mulut di bayi kecil.